
Situasi di Republik Demokratik Kongo (DRC) semakin memanas dengan serangkaian peristiwa yang meningkatkan ketegangan di negara tersebut. Dari serangan kelompok pemberontak hingga ancaman terhadap kedutaan besar asing, berikut adalah rangkaian peristiwa yang terjadi:
Serangan Kelompok Pemberontak M23
Kelompok pemberontak M23, yang dipimpin oleh etnis Tutsi, telah menguasai beberapa wilayah strategis di DRC. Dalam eskalasi terbaru, mereka berhasil menguasai bandara di kota terbesar di timur DRC, Goma. Kekuasaan mereka atas bandara ini memungkinkan mereka untuk mengontrol akses udara dan logistik, yang dapat memperburuk situasi keamanan di wilayah tersebut.
Ancaman terhadap Kedutaan Besar Amerika Serikat
Pemerintah Kongo telah melarang demonstrasi di ibu kota, Kinshasa, karena adanya ancaman terhadap kantor PBB dan beberapa kedutaan besar, termasuk Kedutaan Besar Amerika Serikat. Larangan ini dikeluarkan untuk mencegah potensi kerusuhan dan memastikan keamanan fasilitas diplomatik asing di Kongo.
Demonstrasi dan Kerusuhan di Kinshasa
Pada 28 Januari 2025, massa melakukan aksi unjuk rasa yang berujung pada kerusuhan di Kinshasa. Para demonstran membakar area di luar kantor PBB dan beberapa kedutaan besar, menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap situasi politik dan keamanan di negara tersebut.
Peningkatan Ketegangan Politik
Peningkatan aktivitas kelompok pemberontak dan kerusuhan di ibu kota mencerminkan ketegangan politik yang semakin meningkat di DRC. Pemerintah Kongo berusaha mengendalikan situasi dengan memberlakukan larangan demonstrasi dan meningkatkan pengamanan di area-area sensitif.
Situasi ini menunjukkan kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh Republik Demokratik Kongo dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan, serta pentingnya upaya diplomatik internasional untuk mendukung proses perdamaian dan rekonsiliasi di negara tersebut.